simple but perfect (limited_edition)

simple but perfect (limited_edition)

Minggu, 22 Desember 2013

KARYA ILMIAH REMAJA METODE BELAJAR MEMBACA SAMBIL BERNYANYI ANAK USIA DINI

KARYA ILMIAH REMAJA
METODE BELAJAR MEMBACA SAMBIL BERNYANYI ANAK USIA DINI

RINGKASAN
BAB I
pendahuluan
latar belakang
Pendidikan membaca-menulis-berhitung hendaknya tidak dipaksakan untuk diajarkan dalam pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga menjadi tes saringan masuk SD. Bila dipaksakan, dikhawatirkan bisa membuat sang anak tak gemar membaca saat beranjak besar.

"Nggak layak, mestinya anak itu tidak boleh dipaksa membaca," kata Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listiyarti, saat berbincang di kantor Indonesia Corruption Watch (ICW), Jl Kalibata Timur IVD, Jakarta, Rabu (6/6/2012).

Retno menilai syarat kemampuan membaca untuk masuk SD sebagai bentuk pemaksaan kepada anak untuk belajar membaca saat PAUD. Anak-anak, Retno menambahkan, tak boleh dipaksa untuk bisa membaca.

Menurutnya, memaksa anak untuk membaca pada usia tertentu, seperti di usia TK dan PAUD, bisa menimbulkan ketidaksukaan anak untuk membaca di masa depan.

"Secara psikologis pada usia tertentu mereka dipaksa membaca, mereka kan jadinya terpaksa ya, makanya mereka jadinya nggak suka membaca," ujarnya.

Retno mengatakan dampak ketidaksukaan membaca terlihat dari rendahnya minat baca masyarakat Indonesia. Menurut penelitian yang pernah dia baca, minat baca anak Indonesia tergolong mengenaskan.

rumusan masalah
anak akan sulit untuk memahami cara belajar membaca atau pun menulis dan akan membuat anak kehilangan mental atau pun disebut pembunuhan karakter anak.

tujuan
memberikan pengajaran membaca dan menulis pada usia dini dengan gembira yaitu dengan musikalisasi.

manfaat
anak akan dapat memahami cara belajar membaca dan menulis dengan mudah dan tidak akan mudah stress.

BAB II
penjelasan
 dari penjelasan bab 1 tersebut saya memberikan pendapat untuk menunjuk program dari sanggar ''ARTISIA EDUTAINMENT''. sebagaimana pada saat ada seminar di Lembaga Zakat Infaq dan Shadaqah (Laqzis) Masjid Raden Patah Universitas Brawijaya bekerjasama dengan Sanggar Teknologi Pendidikan Islam ARTISIA menyelenggarakan Lokakarya Sehari, di Gedung PPI, hari Senin (14/1). Bertema ?Belajar Membaca Sambil Bernyanyi?, acara ini menghadirkan pembicara Drs Djanalis Djanaid dari Indopurels, serta Syamsuri Jari dan Halimah Syam, praktisi dari Sanggar Teknologi Pendidikan Islam ARTISIA. Peserta acara ini adalah para guru TK se-Malang Raya, antara lain TK Muslimat NU, TK ABBA, TK Fattayat NU, dan lain sebagainya.

Dalam paparannya, Drs Djanalis Djanaid memberi motivasi bagi guru-guru TK agar membuat enjoy bagi anak didiknya. Salah satunya, melalui pembelajaran membaca yang dilakukan sambil bernyanyi. Tujuannya, selain membiasakan diri belajar dengan aman serta nyaman juga menyenangkan. Agar pendidikan yang diberikan bisa cepat meresap dengan baik. Melalui pembelajaran ini, anak didik akan bisa belajar tanpa merasa belajar. Secara umum, acara ini memang bertujuan untuk menerapkan konsep pendidikan melalui musik dalam pembelajaran membaca aksara alfabet. Terhadap anak-anak usia dini hendaknya dilakukan untuk mengatasi pelbagai keterbatasan mereka. Dengan demikian diharapkan agar proses pembelajaran bisa berjalan secara efektif dalam suasana yang aman, nyaman, dan menyenangkan.
Sedangkan, Syamsuri Jari M.Ed, P.Hd beserta istrinya, Halimah Syam S.Ag, M.Pd.I dalam materinya langsung mengajak para peserta, yakni guru-guru TK untuk mencoba menyanyikan rangkaian kata-kata yang terdiri dari huruf vokal maupun konsonan. Seperti contohnya, ''a da ba ta'' yang dirangkai hingga ''pa ha ra ga''. Masing-masing rangkaian kata ini dilagukan menjadi bentuk kata-kata yang berbeda sama sekali sesuai dengan iringan melodinya. Dengan model pengucapan seperti ini, diharapkan anak-anak TK yang mengikuti akan tertarik dan mempermudah mereka dalam pengejaannya. Bentuk semacam ini bisa diterapkan untuk belajar membaca Al Quran maupun membaca buku-buku populer lainnya.

Pelbagai aspek dalam memfungsikan musik untuk mencapai tujuan tersebut, antara lain aspek relaksasi yang menekankan pada kondisi santai, aspek atensi yang menyentuh perhatian anak-anak, aspek memori dimana bisa dimaksimalkan hingga 400% bila dibandingkan dengan metode konvensional, aspek retensi alias pengulangan, dan aspek kognisi. Selain itu, aspek afeksi-motivasional dimana mendorong untuk belajar lebih giat, aspek komunikasi yang menekankan kemampuan vokal, ekspresi, serta berbicara efektif. Aspek evaluasi dilakukan untuk mengevaluasi apakah siswa sudah hafal dengan bahan ajar yang sudah diterimanya.
Menurut Ketua Panitia, M Furqan, mahasiswa Fakultas MIPA 2004, terselenggaranya event ini memang dilatar belakangi dari konsep pembelajaran yang dipadukan dengan seni musik agar tidak monoton. Dengan demikian, anak didik akan mampu memahami lebih dalam, mulai dari pengejaan, pengucapan, serta pemahaman terhadap suku kata atau huruf tertentu. Baik yang berhubungan dengan agama maupun bukan. [bhm]

Undang-undang hukum tentang mengajarkan cara membaca dan menulis pada usia dini.
Berikut sebagian bunyi PP 17 tahun 2010 itu yang ditelusuri detik.com:
Pasal 69
(5) Penerimaan peserta didik kelas 1 (satu) SD/MI atau bentuk lain yang sederajat tidak didasarkan pada hasil tes kemampuan membaca, menulis, dan berhitung, atau bentuk tes lain.
Pasal 70
(1) Dalam hal jumlah calon peserta didik melebihi daya tampung satuan pendidikan, maka pemilihan peserta didik pada SD/MI berdasarkan pada usia calon peserta didik dengan prioritas dari yang paling tua.
(2) Jika usia calon peserta didik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sama, maka penentuan
peserta didik didasarkan pada jarak tempat tinggal calon peserta didik yang paling dekat dengan satuan pendidikan.
(3) Jika usia dan/atau jarak tempat tinggal calon peserta didik dengan satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sama, maka peserta didik yang mendaftar lebih awal diprioritaskan.
Psikolog: Tes Calistung Saat Masuk SD Tak Benar & Tak Wajar

Tes membaca-menulis-berhitung (calistung) saat anak masuk SD dinilai tidak benar. Hal ini berarti saat pendidikan anak usia dini (PAUD), baik play group atau TK sudah diajari calistung.

"Itu (tes calistung) nggak benar. Itu boleh pada umur yang senior. Jadi sebelum masuk SD sebaiknya tidak (diajari calistung)," jelas psikolog anak Seto Mulyadi yang akrab dipanggil Kak Seto.

Hal itu disampaikan Kak Seto di kantor Komnas Perlindungan Anak, Jalan TB Simatupang, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Rabu (6/6/2012). Kas Seto ditanya tanggapannya atas kasus Gatot R yang putranya tidak masuk ke Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN, setingkat SD) di Kebayoran karena harus menghadapi ujian calistung.

"Ada banyak, ada belasan anak dari TK anakku yang tidak masuk karena memang dari TK-nya tidak diajari baca-tulis-hitung," kata Gatot dalam perbincangan dengan detikcom, Selasa (5/6/2012).

Gatot jengkel bukan tanpa dasar. Dia sudah mencari peraturan yang mengatur tentang masuk sekolah, utamanya SD atau MI negeri milik pemerintah. PP 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.

"Terutama pasal 69 dan 70. Dalam pasal tersebut antara lain disebutkan proses penerimaan murid baru untuk SD dan MI. Proses tersebut di antaranya bahwa SD dan MI tidak diperbolehkan mengadakan tes baca-tulis-berhitung (calistung) dan bentuk tes lain untuk penerimaan murid baru, pada pasal 69 ayat 5," jelas Gatot.

Mendukung pendapat Kak Seto, psikolog Kasandra Putranto di tempat yang sama menilai pendidikan calistung pada PAUD, apalagi menjadi tes saringan masuk SD tidak wajar.

"Sekarang saya tanya, kalaupun anak umur 4 tahun bisa nulis, tadinya 6 tahun, standarnya sekarang dari TK harus bisa nulis-baca juga. Menurut saya itu kan nggak wajar," jelas Kasandra.

Boleh-boleh saja dalam PAUD diajarkan calistung, namun hal itu tidak bisa dipaksakan dan dipukul rata.

"Bahwa boleh saja anak umur 6 tahun sekolah, ada kewajiban untuk baca kalau anaknya mampu. Kalau anaknya nggak mampu jangan dipaksa," jelas psikolog jebolan Universitas Indonesia (UI).

Sebelumnya dalam detikhealth, Komnas PA bahkan merilis data pada Maret 2012 lalu bahwa terjadi 2.386 kasus pelanggaran dan pengabaian terhadap anak sepanjang tahun 2011. Angka ini naik 98% dibanding tahun lalu. Mayoritas anak-anak ini stres karena kehilangan masa bermainnya. Anak-anak sudah disibukkan dengan tetek bengek seperti les, sekolah, dan kursus bahkan sejak usia balita.

"Negara gagal memberi jaminan perlindungan kepada anak-anak. Kalau kita lihat sistem kurikulum di PAUD, anak-anak harus dapat membaca, menulis dan berhitung baru bisa masuk SD. Padahal harusnya anak usia dini itu hanya dikenalkan dengan konsep-konsep dasar kehidupan saja seperti bersosialisasi dan bergaul," kata Arist Merdeka Sirait, ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak dalam acara diskusi pers di Plaza Bapindo, Jakarta (20/3/2012).
Arist menyoroti kurikulum PAUD yang terlalu kaku ini membuat anak-anak menjadi tertekan. Ia juga menegaskan menegaskan bahwa mutu pendidikan di Indonesia lebih rendah dibandingkan Vietnam. Salah satu alasannya adalah karena anak-anak tidak diberikan alternatif kurikulum selain yang diajarkan di sekolah.

"Tuntutan-tuntutan ini menyebabkan anak-anak menjadi stres. Orangtua banyak membebani dan menuntut anak-anaknya dengan berbagai macam kegiatan. Namun orangtua ini juga tidak siap menjadi orangtua karena alasan sibuk," kata Arist.

Anak-anak yang stres justru tidak akan berkembang sebab mereka rentan depresi dan terjerumus dalam perilaku berbahaya. Orangtua sebaiknya memberikan kebebasan pada anak-anaknya untuk memilih aktifitasnya. Selain itu, orangtua harus sering-sering melakukan komunikasi dengan anak-anaknya secara kekeluargaan, bukan hanya menyuruh dan memarahi. 
BAB III
kesimpulan
kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa pembelajaran membaca ataupun menulis pada waktu TK dan Play Group itu tidak diperkenankan karena kalau dipaksakan akan membuat anak menjadi depresi. maka dari itu saya berpendapat untuk mengajarkan belajar membaca sambil bernyanyi yang akan membuat anak menjadi gembira dan tidak akan depresi.

penulis




Zidan Alghifari





Tidak ada komentar:

Posting Komentar